Selasa, 29 November 2011

KEAJAIBAN ILMIAH AL QURAN

Fungsi Gunung
Al Quran mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis yang penting dari gunung.
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi ini tidak goncang bersama mereka...” (QS. Al Anbiyaa', 21: 31) ! 
Sebagaimana kita lihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi.
Fakta ini tidak diketahui siapa pun ketika Al Quran diturunkan. Bahkan, fakta ini baru terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern.
Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.
Dengan kata lain, gunung-gunung mencengkeram lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat mengumpamakan gunung dengan paku yang menyatukan bilah-bilah papan.
Dalam sebuah ayat, peran gunung ini ditunjukkan dengan perumpa-maan sebagai “pasak”: 
            “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An-Naba', 78: 6-7) !
Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam literatur ilmiah dengan istilah "isostasi". Isostasi bermakna sebagai berikut:
Kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi beba-tuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. 54


Gunung memiliki akar yang tertanam dalam di bawah permukaan tanah. (Eearth, Press and Siever, p. 413)

Bagian skematik. Gunung, seperti pasak, mempunyai akar yang tertanam dalam tanah. (Anatomy of the Earth, Cailleux, p.220)

Ilustrasi lain yang menunjukkan bagaimana bentuk gunung menyerupai pasak, karena akarnya yang menghunjam dalam. (Earth Science, Tarbuck and Lutgens, p.158)
Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Quran berabad-abad lampau sebagai suatu bukti hikmah mahaagung dalam ciptaan Allah. Dalam ayat lain dikatakan pula:
“... dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu...” (QS. Luqman, 31: 10) !
Identitas pada Sidik Jari
Ketika dikatakan dalam Al Quran bahwa mudah bagi Allah untuk menghidupkan manusia setelah kematiannya, sidik jari manusia secara khusus ditekankan:
“Bukankah demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun ujung-ujung jarinya dengan sempurna.” (QS. Al Qiyaamah, 75: 4) !
Penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus, karena sidik jari setiap orang unik bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik.
Itulah sebabnya sidik jari diterima sebagai bukti identitas yang sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan untuk tujuan ini di seluruh penjuru dunia.            

As illustrated here, the fingerprint which is unique to each person, derives from the same structure in all people.
Namun, yang penting adalah bahwa keunikan sidik jari ini baru ditemukan di akhir abad ke-19. Sebelumnya, orang menganggap sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Tetapi dalam Al Quran, Allah menunjuk sidik jari, yang sedikit pun tidak menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di masa kini.
Pergerakan Gunung
Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana kelihatannya, tetapi mereka terus-menerus bergerak.
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap ditempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan.” (QS. An-Naml, 27: 88) !
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seakan terbawa hanyut di atas lapisan mantel yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, lima puluh tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu, seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua yang setiap bagiannya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar mantel, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada per-mukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantik menjadi sedikit lebih lebar.55
Ada hal yang sangat penting yang perlu dikemukakan di sini. Dalam ayat tersebut di muka, Allah telah menyebutkan gerakan gunung sebagai-mana jalannya awan yang bergeser. (Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “geseran benua” untuk gerakan ini.)56
Tidak diragukan lagi, ini merupakan salah satu kejaiban Al Quran bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Quran.

Keajaiban pada Besi
Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Quran. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti “besi”, kita diberitahu bahwa:
“...Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang  hebat dan berbagai manfaat bagi manusia...” (QS. Al Hadiid, 57: 25) !
Kata “anzalnaa” atau berarti “kami turunkan” yang khusus diguna-kan untuk besi dalam ayat ini, dapat dianggap memiliki arti kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tetapi jika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni “secara fisik diturunkan dari langit”, kita akan menyadari bahwa ayat ini menyatakan keajaiban ilmiah yang sangat penting.
            Ini karena penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.
            Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan di dalam inti bintang-bintang raksasa. Tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasil-kan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan di dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut “nova” atau “supernova”. Akibat ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa sampai ditarik gaya gravitasi benda angkasa.
            Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi tetapi kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan “diturunkan ke bumi”, persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Quran diturunkan.


Al-Hadid is the 57th surah of the Qur'an. The numerical value of the word "al-hadid" in Arabic is again 57. The numerical value of the word "hadid" alone is 26. As seen also in the above periodic table, 26 is the atomic number of iron.

Angin yang Mengawinkan
Dalam sebuah ayat Al Quran disebutkan sifat angin yang menyuburkan dan pembentukan hujan sebagai hasilnya.
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawin-kan dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu.” (QS. Al Hijr, 15: 22) !
Dalam ayat ini ditekankan bahwa fase pertama dalam pembentukan hujan adalah angin. Hingga awal abad ke-20, satu-satunya hubungan antara angin dan hujan yang dike-tahui hanyalah bahwa angin yang menggerakkan awan. Namun, penemuan ilmu meteorologi modern telah menun-jukkan peran “mengawinkan” dari angin dalam pemben-tukan hujan.
Fungsi mengawinkan dari angin ini terjadi dengan cara berikut:
Di atas permukaan laut dan samudera, gelembung uda-ra yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pemben-tukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribu-an partikel kecil dengan diameter seperseratus milimeter, terlempar ke udara. Partikel-partikel ini, yang dikenal seba-gai aerosol, bercampur dengan debu daratan yang terbawa oleh angin dan selanjutnya terbawa ke lapisan atas atmosfer. Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi oleh angin dan bertemu dengan uap air di sana. Uap air mengembun di seki-tar partikel-partikel ini dan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran-butiran air ini mula-mula berkumpul mem-bentuk awan, kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan.
Sebagaimana kita lihat, angin “mengawinkan” uap air yang melayang di udara dengan partikel-partikel yang dibawanya dari laut dan akhirnya membantu pembentukan awan hujan.
Apabila angin tidak memiliki sifat ini, butiran-butiran air di atmosfer bagian atas tidak akan pernah terbentuk dan hujan pun tidak akan pernah terjadi.
Hal terpenting di sini adalah bahwa peran utama dari angin dalam pembentukan hujan telah dinyatakan berabad-abad yang lalu dalam sebuah ayat Al Quran, pada saat orang hanya mengetahui sedikit saja fenomena alam.
Kadar Hujan
Fakta lain yang diberikan dalam Al Quran mengenai hujan adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalam Surat Az Zukhruf sebagai berikut:
                                                                   
                                                                     “Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan       (dari dalam kubur).” (QS. Az-Zukhruf, 43:11) !
                                                                   
                                                                   

Di bumi, air didaur ulang menurut “kadar” tertentu. Kehidupan di bumi tergantung pada siklus lain.
Kuantitas hujan yang sudah ditentukan ini telah dite-mukan pula melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 triliun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut “ukuran atau kadar” tertentu. Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan, sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini.
Bahkan, satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyata-kan dalam Al Quran.
Laut-Laut Tidak Saling Bercampur
Salah satu sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan berkaitan dengan ayat Al Quran:
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.” (QS. Ar Rahmaan, 55: 19-20) !
Sifat lautan yang saling bertemu, tetapi tidak saling bercampur ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Disebabkan gaya fisika yang disebut “tegangan permukaan”, air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka.
Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apa pun mengenai fisika, tegangan permukaan, maupun ilmu kelautan, hal ini telah diungkap dalam Al-Quran.
.

Air Laut Mediterania memasuki Atlantik melalui Gibraltar. Tetapi temperatur, salinitas, dan kekerapan mereka tidak berubah, karena pembatas yang memisahkan mereka.

Meskipun ada gelombang besar, arus kuat, dan pasang di laut-laut ini, mereka tidak saling bercampur, dan tidak pula melintasi pembatas di antara mereka. Hal tersebut terbukti secara ilmiah hanya baru-baru ini, namun fakta ini sudah dinyatakan dalam surat Ar Rahman 14 abad yang lalu.
Jenis Kelamin Bayi

Di dalam Al Quran, dikatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan “dari air mani apabila dipancarkan.” Tetapi, sampai baru-baru ini orang mengira bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Pada abad ke-20, sains baru menemukan informasi yang dinyatakan Al Quran berabad-abad lalu.
Hingga baru-baru ini, orang mengira bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Atau setidaknya, dipercaya bahwa jenis kelamin ditentukan secara bersama oleh sel-sel lelaki dan perempuan. Namun kita mendapat-kan informasi yang berbeda dari Al Quran, yang menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan “dari air mani apabila dipancarkan”.
“Dan bahwasanya Dia-lah yang menciptakan berpa-sang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani, apabila dipancarkan.” (QS. An Najm, 53: 45-46) ! 
            Ilmu genetika dan biologi molekuler yang berkembang telah membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Quran ini. Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam penen-tuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan struktur se-orang manusia diidenti-fikasi sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut "XY" pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.

Kromosom prialah yang menentukan jenis kelamin.
Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria. Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita.
Tak satu pun informasi ini dapat diketahui hingga ditemukannya ilmu genetika pada abad ke-20. Bahkan di kalangan masyarakat, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh pihak wanita. Inilah mengapa kaum wanita dipersalahkan ketika mereka melahirkan bayi perempuan.
Namun, tiga belas abad sebelum penemuan gen manu-sia, Al Quran telah mengungkapkan informasi yang meng-hapuskan keyakinan takhayul ini, dan menyatakan bahwa wanita bukanlah penentu jenis kelamin bayi, tetapi air mani dari pria.
Gumpalan Daging yang Melekat pada Rahim
Jika kita terus mempelajari fakta-fakta yang diberitakan dalam Al Quran mengenai pembentukan manusia, sekali lagi kita akan menjumpai keajaiban ilmiah yang sungguh penting.
            Ketika sperma pria bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal daging.” Tentu saja, hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
            Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan serabutnya. Melalui hubungan ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya.
            Di sini, pada tahap ini, satu keajaiban penting dari Al Quran terungkap. Ketika merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata “alaq” dalam Al Quran:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.” (QS. Al 'Alaq, 96: 1-3) !
            Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat.” Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk mengisap darah.
Tentunya penggunakan kata yang demikian tepat untuk zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, mem-buktikan bahwa Al Quran merupakan wahyu dari Allah, Tuhan Semesta Alam.
Otot yang Membungkus Tulang
Aspek penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Quran adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, tulang-tulang terbentuk lebih dahulu, kemudian terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu'minuun, 23: 14) !

(We then) clothed the bones in flesh... (Surat al-Muminun: 14)
Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama, banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan ban-tuan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Quran adalah benar kata demi katanya.
            Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkemba-ngan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.
            Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah yang berjudul Developing Human, dengan kalimat berikut:
Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuk yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang.57
 Singkatnya, tahap-tahap pembentukan manusia sebagaimana di-gambarkan dalam Al Quran, benar-benar sesuai dengan temuan embrio-logi modern.
Tiga Tahap Perkembangan Bayi dalam Rahim
Dalam Al Quran dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.
“Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan, adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?” (QS. Az Zumar, 39: 6) !
Sebagaimana akan dipahami, ayat ini menunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya melalui tiga tahapan yang berbeda. Benar, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga daerah yang berbeda dalam rahim ibu. Dewasa ini, di semua buku pelajaran embriologi yang dipakai fakultas-fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut: “Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik, dua setengah minggu pertama; embrionik, sampai akhir minggu kedelapan; dan fetus/janin, dari minggu kedelapan sampai kelahiran. 58

Dalam surat Az-Zumaar ayat 6 dijelaskan bahwa manusia diciptakan dalam rahim seorang ibu melalui tiga tahap. Biologi modern pun telah membuktikan bahwa perkembangan embrio bayi berproses pada tiga ruang terpisah dalam perut sang ibu.
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkem-bangan bayi. Ringkasnya, ciri-ciri utama tahap perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:
            - Tahap Pre-embrionik
            Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin besar, sel-sel penyu-sunnya pun mengatur diri sendiri guna membentuk tiga lapisan.
            - Tahap Embrionik
            Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini, bayi disebut sebagai “embrio.” Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan-lapisan sel tersebut.
            - Tahap Fetus
            Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai “fetus.” Tahap ini dimulai sejak kehamilan minggu kedelapan hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah bahwa fetus sudah menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang hanya 3 cm, kesemua organnya sudah jelas. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.
Informasi mengenai perkembangan bayi dalam rahim ibu, baru didapatkan setelah serangkaian pengamatan de-ngan peralatan modern. Namun sebagaimana fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam ayat-ayat Al Quran dengan cara yang luar biasa. Fakta bahwa informasi yang sedemikian terperinci dan akurat diberikan dalam Al Quran pada saat bidang kedokteran masih primitif, merupakan bukti nyata bahwa Al Quran bukanlah ucapan manusia melainkan firman Allah.
Air Susu Ibu
Air susu ibu adalah suatu campuran ciptaan Allah yang luar biasa dan tak tertandingi sebagai sumber makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir, di samping sebagai zat yang meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap penyakit. Bahkan, makanan bayi yang dibuat dengan teknologi masa kini tak mampu menggantikan sumber makanan yang menakjubkan ini.
Setiap hari ditemukan satu manfaat baru air susu ibu bagi bayi. Salah satu fakta yang ditemukan ilmu pengetahuan tentang air susu ibu adalah bahwa menyusui bayi selama dua tahun setelah kelahiran sungguh amat bermanfaat.59 Allah memberitahu kita informasi penting ini sekitar 14 abad lalu, yang hanya diketahui melalui ilmu pengetahuan baru-baru ini, dalam ayat-Nya “…menyapihnya dalam dua tahun….”
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman, 31: 14) !
Kesimpulan
Semua yang sudah kita cermati sejauh ini menunjukkan fakta yang jelas bahwa Al Quran adalah kitab yang seluruh berita di dalamnya terbukti kebenarannya. Fakta tentang hal-hal ilmiah dan berita tentang masa depan, fakta-fakta yang tak seorang pun mengetahuinya pada saat itu, telah dipaparkan dalam ayat-ayatnya. Adalah mustahil informasi ini diketahui dengan tingkat pengetahuan dan teknologi saat itu. Sudah jelas bahwa ini menjadi bukti Al Quran bukan perkataan manusia. Al Quran adalah firman Tuhan, Yang Mahakuasa, Maha Pemula Segalanya dan Yang Menguasai Segalanya dengan ilmu-Nya. Dalam satu ayat, Allah berfirman: “Kalau kiranya Al Quran itu  bukan dari sisi Allah, tentulah mereka menemukan pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An Nisa', 4: 82)  Tidak hanya tiada pertentangan dalam Al Quran, tetapi setiap informasi di dalamnya mengungkapkan mukjizat kitab suci ini semakin banyak setiap harinya.
Yang menjadi kewajiban manusia adalah berpegang teguh pada kitab suci yang telah diturunkan Allah ini, dan menerimanya sebagai satu-satunya penunjuk jalan baginya. Dalam salah satu ayat, Allah memerintahkan kita:
“Dan Al Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (QS. Al An'aam, 6: 155)

sumber: http://harunyahya.com/indo/buku/science/leads_to_science/leads_to_science_05_1.php